JAKARTA, KOMPAS.com — Ganda putra Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan
berkomitmen untuk terus berprestasi, dengan puncaknya saat Olimpiade di
Rio de Janeiro, 2016.
Hal ini diungkapkan oleh keduanya seusai menerima penghargaan atas prestasi mereka menjuarai Djarum Indonesia Open Super Series Premier 2013 dan Singapura Terbuka Super Series di Kudus, Jumat (28/6/2013).
Penghargaan sebesar Rp 100 juta masing-masing diberikan oleh perkumpulan bulu tangkis Jaya Raya dan PB Djarum, tempat keduanya bernaung. Uang penghargaan tersebut diberikan Joppy Rosimin dari Djarum Foundation serta Agus S Lukita, bendahara Yayasan Jaya Raya.
Penghargaan tersebut diberikan di sela-sela acara Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis yang digelar PB Djarum di GOR Jati, Kudus, antara 28 dan 30 Juni 2013.
Seusai menerima penghargaan, Hendra dan Ahsan berjanji akan mengejar target utama tahun ini dengan menjadi juara dunia pada kejuaraan dunia di Guangzhou, China, pada Agustus mendatang. "Kami akan berusaha sekuat mungkin untuk memberi prestasi terbaik. Tentu lawan yang akan dihadapi berat. Namun, kami sudah saling mengenal," kata Ahsan.
Hendra sendiri mengaku penasaran dengan pasangan China, Liu Xiaolong/Qu Zihan, yang mengalahkan mereka di semifinal turnamen All England, Maret lalu. Ketika itu Hendra/Ahsan kalah rubber game 12-21, 21-13, 17-21 padahal mereka sempat memimpin 13-8 di game ketiga.
Kekalahan ini sekaligus membuyarkan harapan Hendra untuk memecah kebuntuan selama 10 tahun setelah Candra Wijaya/Sigit Budiarto menjadi juara pada 2003 lalu. Prestasi itu pun tidak bisa diraih Hendra saat masih berpasangan dengan Markis Kido pada paruh akhir dekade 2000-an. Padahal Hendra/Kido pernah menjadi juara dunia dan peraih emas Olimpiade 2008 dan Asian Games 2010.
Menurut Joppy Rosimin dari Djarum Foundation, bukan sesuatu yang mustahil bagi Hendra/Ahsan untuk mengulang lagi kejayaan ganda putra seperti masa Candra Wijaya/Sigit Budiarto ataupun Markis Kido/Hendra Setiawan. "Hendra dan Ahsan itu saling mengisi. Hendra dengan pengalamannya, sementara Ahsan memiliki power dan kecepatan," kata Joppy.
Sementara itu, menurut Agus Lukita dari Yayasan Jaya Raya, saat ini seperti masa kelahiran kembali dari Hendra Setiawan, setelah eranya bersama Markis Kido. "Kalau dari kami, semua tergantung pada komitmen Hendra sendiri tentang prestasi dan masa depannya sebagai pemain. Kami hanya mendukung."
Hendra Setiawan sendiri mengaku masih berkomitmen untuk mencapai prestasi tertinggi, termasuk di Olimpiade Rio de Janeiro pada 2016 mendatang. Saat itu, pria kelahiran Pemalang, 25 Agustus 1984, ini akan berusia 32 tahun. "Saya sendiri komit untuk tetap berprestasi hingga Olimpiade. Konsekuensinya ya harus mau kerja dan berlatih dengan keras. Tetapi saya siap untuk menjalani itu."
Hal ini diungkapkan oleh keduanya seusai menerima penghargaan atas prestasi mereka menjuarai Djarum Indonesia Open Super Series Premier 2013 dan Singapura Terbuka Super Series di Kudus, Jumat (28/6/2013).
Penghargaan sebesar Rp 100 juta masing-masing diberikan oleh perkumpulan bulu tangkis Jaya Raya dan PB Djarum, tempat keduanya bernaung. Uang penghargaan tersebut diberikan Joppy Rosimin dari Djarum Foundation serta Agus S Lukita, bendahara Yayasan Jaya Raya.
Penghargaan tersebut diberikan di sela-sela acara Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis yang digelar PB Djarum di GOR Jati, Kudus, antara 28 dan 30 Juni 2013.
Seusai menerima penghargaan, Hendra dan Ahsan berjanji akan mengejar target utama tahun ini dengan menjadi juara dunia pada kejuaraan dunia di Guangzhou, China, pada Agustus mendatang. "Kami akan berusaha sekuat mungkin untuk memberi prestasi terbaik. Tentu lawan yang akan dihadapi berat. Namun, kami sudah saling mengenal," kata Ahsan.
Hendra sendiri mengaku penasaran dengan pasangan China, Liu Xiaolong/Qu Zihan, yang mengalahkan mereka di semifinal turnamen All England, Maret lalu. Ketika itu Hendra/Ahsan kalah rubber game 12-21, 21-13, 17-21 padahal mereka sempat memimpin 13-8 di game ketiga.
Kekalahan ini sekaligus membuyarkan harapan Hendra untuk memecah kebuntuan selama 10 tahun setelah Candra Wijaya/Sigit Budiarto menjadi juara pada 2003 lalu. Prestasi itu pun tidak bisa diraih Hendra saat masih berpasangan dengan Markis Kido pada paruh akhir dekade 2000-an. Padahal Hendra/Kido pernah menjadi juara dunia dan peraih emas Olimpiade 2008 dan Asian Games 2010.
Menurut Joppy Rosimin dari Djarum Foundation, bukan sesuatu yang mustahil bagi Hendra/Ahsan untuk mengulang lagi kejayaan ganda putra seperti masa Candra Wijaya/Sigit Budiarto ataupun Markis Kido/Hendra Setiawan. "Hendra dan Ahsan itu saling mengisi. Hendra dengan pengalamannya, sementara Ahsan memiliki power dan kecepatan," kata Joppy.
Sementara itu, menurut Agus Lukita dari Yayasan Jaya Raya, saat ini seperti masa kelahiran kembali dari Hendra Setiawan, setelah eranya bersama Markis Kido. "Kalau dari kami, semua tergantung pada komitmen Hendra sendiri tentang prestasi dan masa depannya sebagai pemain. Kami hanya mendukung."
Hendra Setiawan sendiri mengaku masih berkomitmen untuk mencapai prestasi tertinggi, termasuk di Olimpiade Rio de Janeiro pada 2016 mendatang. Saat itu, pria kelahiran Pemalang, 25 Agustus 1984, ini akan berusia 32 tahun. "Saya sendiri komit untuk tetap berprestasi hingga Olimpiade. Konsekuensinya ya harus mau kerja dan berlatih dengan keras. Tetapi saya siap untuk menjalani itu."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar